Rabu, 16 April 2008

EDISI 3 - FEBRUARI 2008

MIMBAR:

BERHARAP HANYA KEPADA ALLAH
Oleh: Sulaiman Al-Kumayi

Salah satu pesan penting dalam Al-Quran adalah larangan berputus asa ketika berada dalam kondisi yang sangat kritis sekalipun. Manusia seringkali mudah patah arang, kehilangan gairah hidup saat musibah datang bertub-tubi. Hilang satu musibah disusul musibah lainnya, sehingga sebagai manusia biasa yang menganggap hidup ini sebagai arena penderitaan belaka. Lalu, ada yang mengambil jalan pintas: bunuh diri. Jalan ini dianggap sebagai satu-satunya yang dapat mengakhiri segala penderitaan. Padahal, bunuh diri adalah cara yang paling dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. serta dimasukkan ke dalam Neraka Jahanam dan dihukum sesuai dengan alat yang dipakai bunuh diri.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa membunuh dirinya dengan benda tajam, tangannya akan tetap memegang benda tajam itu, lalu dia akan menancapkannya sendiri ke dalam perutnya di dalam api Neraka Jahanam dan dia kekal di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan meminum racun, dia tetap meminumnya di dalam Neraka Jahanam serta kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, dia akan menjatuhkan dirinya kelak di Neraka Jahanam dan kekal di dalamnya selama-lamanya.” (HR. Muslim)
Berkenaan dengan inilah, Allah memerintahkan kita untuk selalu berharap kepada rahmat-Nya, seperti firman-Nya, "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang; Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi); Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya; supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ); atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa; Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik" (QS. Az-Zumar [39]: 53-58); "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf [12]: 87).
Berdasarkan firman Allah di atas, Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan bahwa hendaknya sebagai hamba Allah yang lemah ini kita mempunyai pengharapan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dan tidak sekali-kali berputus asa. Karena itu, janganlah kita sama berputus asa lantaran takut kepada-Nya, tetapi jangan pula meyakini dan memastikan diri akan terlepas serta merta dari azab-Nya yang sangat pedih lantaran pengharapan kita itu. Kita sama sekali tidak mengetahui apa dan bagaimana akibat kesudahannya. Manusia senantiasa berubah-ubah. Selalu dipengaruhi oleh berbagai macam pikiran yang silih berganti dan senantiasa diombang-ambingkan oleh gangguan-gangguan setan. Dalam kondisi seperti ini seringkali setan membisikkan rasa was-was dan putus asa kepada manusia. Untuk mengatasinya hendaknya kita segera ingat akan janji-janji Allah yang selalu memberi pengharapan kepada hamba-hamba-Nya dan tidak boleh berputus asa akan rahmat-Nya.
Allah tergantung pada prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Sabda Nabi SAW.: Allah `Azza wa Jalla befirman, "Aku sesuai (menuruti) dugaan hamba-Ku dan Aku ada besertanya di mana saja ia mengingat akan Aku" (HR. Bukhari). Jadi, jika seorang hamba berprasangka baik kepada Allah, maka ia akan memperoleh kebaikan-kebaikan dari-Nya. Sebaliknya, jika ia hanya berprasangka negatif kepada-Nya, maka ia hanya akan hidup dalam ketidakpastian disebabkan hilangnya pegangan dengan-Nya.
Dalam riwayat lain diterangkan: Rasulullah SAW. pada suatu hari mengunjungi seorang pemuda pada saat pemuda itu dalam sekarat. Beliau bertanya kepada, "Bagaimana engkau merasakan keadaanmu?" Pemuda itu menjawab, "Ya Rasulullah, saya sangat berharap kepada Allah dan saya sangat takut terhadap dosa-dosaku." Mendengar itu beliau bersabda, "Tidak berkumpul harap dan takut dalam jiwa seorang hamba di saatnya yang terakhir, melainkan Allah memberikan apa yang ia harapkan dari-Nya dan mengamankannya dari apa yang ia takutkan." (HR. Tirmidzi)
Orang-orang yang beriman itu tidak boleh putus asa, tidak boleh kehilangan harapan dari rahmat Allah dan keutamaan-Nya. Bagi mereka, Allah itu Mahakuasa dan Mahaluas rahmat-Nya, sehingga harapan selalu muncul dalam dirinya. Ini merupakan penawar (obat) yang menghidupkan rasa harap kepada Allah. Lebih jauh Hasbi mengatakan: “Manusia yang dipengaruhi oleh putus asa karena telah banyak berbuat dosa yang merasa tidak ada harapan lagi akan ampunan Allah dan karenanya ia pun meninggalkan kesempatan yang masih ada untuk memperoleh ampunan, perlu kepadanya diberi penawar (obat) rasa harap. Dihidupkan di dalam jiwanya rasa harap dan jangan dibiarkan berputus asa. Demikian juga manusia yang terlalu takut yang lantaran takutnya keterlaluan memusatkan segala tenaganya untuk ibadat saja. Karena itu terbengkalailah segala kemaslahatannya yang lain.”
Sikap yang sangat baik dan utama, menurut Hasbi, adalah berdiri di antara takut dan harap akan Allah serta meyakini bahwa sekecil apa pun amal kebaikan, ia akan mendapatkan balasannya. Sebaliknya, sekecil apa pun keburukannya, ia akan memperoleh balasannya. Di samping itu, ia harus yakin akan janji Allah kepada orang-orang yang bertakwa, yang pasti memenuhi dan menepatinya. []
Sumber:
Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir An-Nur dan Al-Islam.

DIALOG
“Menjual barang dagangan oplosan, bolehkah...?”

Tanya:

Bagaimana hukumnya penjualan yang mengandung unsur penipuan? (Abu Rahmah, Lhokseumawe)

Jawab:
Bagaimanapun bentuknya, jual beli yang mengandung unsur penipuan terhadap pembeli/ konsumen jelas dilarang oleh Islam.
Banyak kita lihat atau dengar di berbagai media massa tentang banyaknya kasus penipuan dalam penjualan. Seperti pengoplosan bahan bakar, pengoplosan beras, pengurangan timbangan, penggunaan bahan pengawet dan pewarna makanan yang berbahaya bagi tubuh manusia, dan kasus-kasus lain yang merugikan masyarakat. Dan yang mengherankan lagi, ada pihak yang akan melegalkan pengoplosan beras.
Banyak hadits-hadits Nabi SAW. yang melarang jual beli yang mengandung unsur penipuan, di antaranya:
“Bahwasanya Nabi SAW. melarang kita menjual sesuatu benda yang ditimpa batu (sengaja ditimpakan) dan penjualan yang mengandung unsur penipuan terhadap pembeli.” (HR. Al-Jama’ah dan Al-Bukhari II: 317)
“Bahwasanya Rasulullah berjalan melewati seorang penjual bahan makanan (gandum). Nabi memasukkan tangannya ke dalam tumpukan gandum, ternyata gandum itu dalam keadaan basah. Karena itu Nabi bersabda: Barangsiapa menipu kami, maka dia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Al-Jama’ah, Al-Muntaqa II: 350)
Dari hadits Nabi tersebut, maka jelaslah bahwa menyembunyikan cacat suatu barang dagangan saja kita dilarang, apalagi mengoplos bahan makanan atau bahan bakar. Hal itu sangat merugikan konsumen.
Begitu pula mencampur bahan berbahaya ke dalam bahan makanan, hal itu dapat menimbulkan efek negatif bagi kesehatan orang lain. Dalam hadits disebutkan:
“Jangan memberikan mudharat dan jangan dimudharatkan.” (HR. Ibnu Majah & Ad-Daruquthny)
Jadi Islam mengharamkan menimbulkan kemudharatan bagi orang lain, baik banyak atau sedikit. Keterangan selengkapnya dapat Anda baca dalam Koleksi Hadits-hadits Hukum, jilid 7, Bab Jual-Beli, karya Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy. [hilya-ar]

HIKMAH
“... jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87)

Tidak ada komentar: